Senin, 23 Desember 2013

Kampus Bukan untuk Menyemai Kekerasan

sumber : edukasi.kompas.com


Kegiatan orientasi pengenalan kampus bukan ajang untuk menyemai kekerasan. Kini, saatnya pemerintah tegas menghapuskan kekerasan fisik atau psikis yang membudaya dalam kegiatan orientasi pengenalan kampus, yang dalam beberapa kasus berujung kematian, seperti kasus di Institut Teknologi Nasional Malang, Jawa Timur.

”Hentikan menyeluruh kegiatan ospek yang menimbulkan pelanggaran dan menggantinya dengan program ospek baru yang bermanfaat, tanpa kekerasan,” kata Ketua Yayasan Semai Jiwa Amini (Sejiwa) Diena Haryana di Jakarta, Jumat (13/12/2013).

Seperti diberitakan, orientasi studi dan pengenalan kampus (ospek) mahasiswa Teknik Planologi Institut Teknologi Nasional (ITN), Oktober 2013, menewaskan Fikri Dolasmantya Surya.

Kegiatan orientasi pengenalan kampus dibutuhkan. Sayangnya, tren yang muncul mengarah ke pelanggengan kekerasan terhadap mahasiswa baru.

”Mari belajar dari perguruan tinggi di luar negeri. Saat orientasi, mahasiswa baru lebih dikenalkan strategi belajar, cara presentasi yang baik, hingga bagaimana membuat paper. Bukan pendisiplinan seperti pada ospek di Indonesia,” kata Diena.

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Djoko Santoso mengatakan, terkait dengan kasus di ITN Malang, pihaknya mengirim tim untuk mencari duduk perkara yang sebenarnya. Namun, hingga saat ini tak ada yang bisa dilakukan pemerintah. Alasannya, kasusnya masih ditangani kepolisian.

”Karena ini kasus pelanggaran hukum, harus ditindak aparat hukum. Kami tunggu saja proses hukumnya,” ujarnya.

Menurut aturan perundang-undangan, kata Djoko, kegiatan kemahasiswaan diatur setiap perguruan tinggi sesuai semangat otonomi. Aturan yang menjadi acuan ialah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Kegiatan ospek merupakan salah satu bentuk kegiatan kemahasiswaan bagi mahasiswa baru untuk mengenalkan lingkungan kampus hingga pembelajarannya.

Aturan penghapusan

Kasus ospek berujung kematian sebenarnya tak perlu terjadi lagi jika pihak kampus mencermati dan menerapkan Keputusan Dirjen Dikti Nomor 38/DIKTI/Kep/2000 tentang Pengaturan Kegiatan Penerimaan Mahasiswa Baru di Perguruan Tinggi.

Pada butir Menimbang jelas tertulis, hasil evaluasi terhadap kegiatan ospek atau sejenisnya yang dikaitkan dengan acara/upacara penerimaan mahasiswa baru di sebagian besar perguruan tinggi, berisiko. Pelaksanaannya tak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan menyimpang dari norma, etika, serta tradisi akademik.

Masih dalam butir yang sama dicantumkan, pelaksanaannya tak hanya memboroskan biaya, tenaga, dan waktu. Namun, membahayakan keselamatan fisik dan psikis mahasiswa baru, bahkan, jatuh korban.

Oleh karena itu, keputusan Dirjen Dikti itu memutuskan menghapus segala kegiatan acara penerimaan mahasiswa baru. Kegiatan boleh dilakukan hanya dalam rangka kegiatan akademik dan dilakukan pemimpin perguruan tinggi.

Djoko menambahkan, seharusnya setiap perguruan tinggi memiliki ketentuan yang mengatur pelaksanaan ospek berikut bentuk sanksinya jika terjadi pelanggaran atau penyimpangan. ”Jika ternyata ada kejadian seperti di Malang itu, sudah jelas sanksi bagi pelakunya,” katanya.

Dari Malang, Rektor ITN Malang Soeparno Djiwo menegaskan, bukan hanya mahasiswa yang diberi sanksi akibat kelalaian dalam orientasi mahasiswa baru yang menyebabkan seorang mahasiswa baru meninggal dunia. ”Ketua jurusan dan sekretaris jurusan juga diberhentikan dari jabatannya karena keduanya lalai mengawasi mahasiswa dalam kegiatan orientasi mahasiswa baru ini,” ujarnya.

Pada masa mendatang, kata Soeparno, pihaknya siap mengevaluasi sistem orientasi mahasiswa baru. ”Jika dibutuhkan, kegiatan bisa diganti kegiatan yang sifatnya lebih membangun karakter mahasiswa.”

Polisi dalami kasus

Kepolisian Resor Malang masih mendalami kasus meninggalnya Fikri. Sejumlah saksi dari ITN sudah dimintai keterangan.

”Kami telah memeriksa enam saksi. Dari mereka, sementara diketahui Fikri meninggal karena kelelahan, terjatuh, lalu pingsan,” tutur Kepala Polres Malang Ajun Komisaris Besar Adi Deriyan.

Kasus itu mencuat lagi setelah ramai di jejaring sosial dan di media massa. ”Kami juga mendapat laporan adanya dugaan kekerasan dalam kematian Fikri. Itu sebabnya, penyelidikan kembali dilakukan,” ujar Adi.

Diena menegaskan, pendisiplinan mahasiswa baru bukan tugas mahasiswa senior. (ELN/LUK/DIA)

Selasa, 17 September 2013

AGILE SOFWARE DEVELOPMENT

 ON DECEMBER 25, 2009
Akhir-akhir ini perkembangan perangkat lunak semakin hari semakin pesat, permintaan akan pengadaan perangkat lunak di setiap organisasi perusahaan maupun instansi-instansi pemerintahan semakin meningkat. Hal tersebut dikarenakan tumbuhnya kesadaran dari para pihak pengelola perusaaan atau pejabat tinggi di suatu instansi akan pentingnya penerapan perangkat lunak dalam membantu proses bisnis yang ada. Dengan adanya perangkat lunak ini, maka akan semakin meningkatkan kinerja, mempercepat proses bisnis serta dapat mengurangi biaya (cost) yang harus dikeluarkan oleh pihak perusahaan atau sebuah instansi.
Untuk pembuatan atau pengembangan suatu perangkat lunak terdapat beberapa hal yang harus di perhatikan, mulai dari sumber daya manusia (resources) yang menangani proyek tersebut, sampai dengan metode apa yang harus diterapkan dalam proses pengembangan perangkat lunaknya. Terdapat banyak metode dalam proses pengembangan perangkat lunak salah satunya yaitu metode Agile Sofware Development.
Agile Software development adalah salah satu metodelogi dalam pengembangan sebuah perangkat lunak (software). Kata Agile berarti bersifat cepat, ringan, bebas bergerak, waspada. Kata ini digunakan sebagai kata yang menggambarkan konsep model proses yang berbeda dari konsep model-model proses yang sudah ada. Konsep Agile software development dicetuskan oleh Kent Beck dan 16 rekannya dengan menyatakan bahwa Agile Software Development adalah cara membangun software dengan melakukannya dan membantu orang lain membangunnya sekaligus.
Dalam Agile Software Development interaksi dan personel lebih penting dari pada proses dan alat, software yang berfungsi lebih penting daripada dokumentasi yang lengkap, kolaborasi dengan klient lebih penting daripada negosiasi kontrak, dan sikap tanggap terhadap perubahan lebih penting daripada mengikuti rencana. Namun demikian, sama seperti model proses yang lain, agile software development memiliki kelebihan dan tidak cocok untuk semua jenis proyek, produk, orang dan situasi. Agile Software Development memungkinkan model proses yang toleransi terhadap perubahan kebutuhan sehingga perubahan dapat cepat ditanggapi. Namun di sisi lain menyebabkan produktiitas menurun.
Salah satu cirri dari Agile Software Development adalah tim yang tanggap terhadap perubahan. Mengapa? Karena perubahan adalah hal yang utama dalam membangun software: perubahan kebutuhan software, perubahan anggota tim, perubahan teknologi dll. Selain itu Agile Software Development juga melihat pentingnya komunikasi antara anggota tim, antara orang-orang teknis dan businessmen, anatara developer dan managernya. Cirri lain adalah klien menjadi bagian dari tim pembangun software. Ciri-ciri ini didukung oleh 12 prinsip yang diterapkan oleh Agile Alliance. Menurut Agile Alliance, 12 prinsip ini adalah bagi mereka yang ingin berhasil dalam penerapan Agile Software Development :
-          Kepuasan klien adalah prioritas utama dengan menghasilkan produk lebih awal dan terus menerus
-          Menerima perubahan kebutuhan, sekalipun diakhir pengembangan
-          Penyerahan hasil/software dalam hitungan waktu dua minggi sampai dua bulan
-          Bagian bisnis dan pembangun kerja sama tiap hari selama proyek berlangsung
-          Membangun proyek dilingkungan orang-orang yang bermotivasi tinggi yang bekerja dalam lingkungan yang mendukung dan yang dipercaya untuk dapat menyelesaikan proyek.
-          Komunikasi dengan berhadapan langsung adalah komunikasi yang efektis dan efisien
-          Software yang berfungsi adalah ukuran utama dari kemajuan proyek
-          Dukungan yang stabil dari sponsor, pembangun, dan pengguna diperlukan untuk menjaga perkembangan yang berkesinambungan.
-          Perhatian kepada kehebatan teknis dan desain yang bagus meningkatkan sifat agile
-          Kesederhanaan penting
-          Arsitek. Kebutuhan dan desain yang bagus muncul dari tim yang mengatur dirinya sendiri
-          Secara periodic tim evaluasi diri dan mencari cara untuk lebih efektif dan segera melakukannya.
Kedua belas prinsip tersebut menjadi suatu dasar bagi model-model proses yang punya sifat agile. Dengan prinsip-prinsip tersebut agile process model berusaha untuk menyiasati 3 asumsi penting tentang proyek software pada umumnya :
-          Kebutuhann software sulit diprediksi dari awal dan selalu akan berubah. Selain itu, prioritas klien juga sering berjalannya proyek.
-          Desain dan pembangunan sering tumpang tindih. Sulit diperkirakan seberapa jauh desain yang diperlukan sebelum pembangunan
-          Analisis, desain, pembangunan dan testing tidak dapat diperkirakan seperti yang diinginkan.
Beberapa jenis proses peomodelan yang termasuk kedalam metode Agile Software Development : Extreme Programming (XP), Adaptif Software Development (ASD), Dynamic System Development Method (DSDM), Scrum, Crystal, Feature Driven Development (FDD), Agile Modeling (AM).
SCRUM
memiliki prinsip:
-          Ukuran tim yang kecil melancarkan komunikasi, mengurangi biaya, dan memberdayakan satu sama lain
-          Proses dapat beradaptasi terhadap perubahan dan bisnis
-          Proses menghasilkan beberapa software increment
-          Pembangunan dan orang yang membangun dibagi dalam tim yang kecil
-          Dokumentasi dan pengujian terus menerus dilakukan setelah software dibangun
-          Proses scrum mampu menyatakan bahwa produk selesai kapanpun diperlukan
Aktifitas Scrum : Backlog, Sprint, Scrum Meetings, Demo
Aktifitas Backlog : Backlog adalah daftar kebutuhan yang jadi priorias klien. Daftar dapat bertambah.
Aktifitas Sprints : unit pekerjaan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang diterapkan dalam backlog sesuai dengan waktu yang ditetapkan dalam time-box (biasanya 30hari). Selama proses ini berlangsung backlog tidak ada penambahan.
Aktifitas Scrum Meeting : Pertemuan 15 menit perhari untuk evaluasi apa yang dikerjakan, hambatan yang ada, dan target penyelesaian untuk bahan meeting selanjutnya.
Aktifitas Demo : penyerahan software increment ke klien didemonstrasikan dan dievaluasi oleh klien.
Dengan menerapkan metode agile ini diharapkan pembangunan atau pengembangan perangkat lunak bisa terkontrol dengan baik dan selesai tepat pada waktu yang telah ditetapkan.

Sumber : http://ilmukuilmumu.wordpress.com

Penerimaan Mahasiswa IKATAN KERJA PLN

  KABAR GEMBIRA UNTUK PUTRA PUTRI TERBAIK INDONESIA! “The Future of Energy is Electricity”  Be a Global Energy and Industry’s Expert Leaders...